QPS

A; computer scientist, movie geek and (definitely) music enthusiast.

MENEMBUS BATAS

March23

Pada pertemuan ketiga dan keempat di mata kuliah Etika Profesi dan Bisnis, saya mendapat ilmu baru yang disampaikan oleh Bapak Adityo Hidayat, S.Kom, M.B.A., CISA.

Ada empat poin penting yang dibahas.

Pertama, Cum Laude Plus.
Apa itu Cum Laude Plus?
Seperti yang kita tahu, sebagian besar orang berpredikat Cum Laude adalah orang-orang yang mempunyai IPK di atas 3,0 dengan studi tepat waktu. Tetapi dalam hal ini, Bapak Adityo menambahkan bahwa kita harus mempunyai Plus-nya.
Plus yang dimaksud diantaranya adalah menguasai bermacam-macam skills (common, specialized, soft), membangun jam terbang, membangun networking, mengikuti sertifikasi.

Kedua, Membangun Kesan Pertama.
Membangun jam terbang bagi seorang mahasiswa bisa bermacam-macam bentuknya. Misalnya, mengikuti perlombaan, mengikuti proyek dosen dan magang.
Saat magang, tentu kita tidak bisa membiarkan orang lain menilai buruk diri kita. Maka dari itu, penting sekali jika kita berusaha semaksimal mungkin dengan membangun kesan pertama. Bagaimana caranya?
Saat magang, kita pun harus menguasai prasyarat keahlian. Magang yang seharusnya adalah bekerja, bukan belajar bekerja. Aspek lain yang harus disiapkan untuk magang adalah sikap kita sendiri, yaitu bisa bekerja mandiri, proaktif, inisiatif (taking action atau asking approval to act), dan yang terpenting adalah kita harus bisa menomorsatukan teamwork yang terdiri dari tahap-tahap berupa forming, storming, norming dan performing.
Kita juga bisa memulai dari hal kecil yang sering disepelekan yaitu datang tepat waktu. Selanjutnya adalah selalu berpenampilan rapi, sopan dan menarik. Jangan pernah mengikuti standar yang buruk karena itu akan sangat berimpact pada penilaian diri kita. Dan yang terpenting dalam membangun kesan pertama adalah bertanggung jawab atas apapun yang kita lakukan.
Jika ada teguran, alangkah baiknya kita terima dengan bijak, tidak defensif, tidak protes. Pahami konteks dan perspektif selengkapnya. Lalu berterima kasihlah, lalu buktikan bahwa kita dapat memperbaiki diri.
Kita juga harus terbiasa dengan keseharian bekerja yaitu PDCA alias Plan-Do-Check-Action.

Ketiga, Profesi dan Profesionalisme.
Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, namun tidak setiap pekerjaan adalah profesi. Profesi merupakan suatu pekerjaan yang mengandalkan keterampilan atau keahlian khusus. Sifat yang harus dimiliki pelaku profesi adalah menguasai ilmu secara mendalam di bidangnya, mampu menjadikan knowledge menjadi working knowledge dan menjunjung tinggi etika dan integritas profesi.
Profesional adalah orang yang menjalankan profesinya secara benar dan melakukannya menurut etika dan garis-garis profesionalisme yang berlaku pada profesinya tersebut. Untuk menjadi orang yang profesional, diperlukan komitmen tinggi, tanggung jawab, pemikiran sistematis, penguasaan materi dan menjadi bagian masyarakat profesional.
Karakteristik seorang profesional meliputi:
– Ethical: Mengedepankan kebenaran dari pada kebohongan, berorientasi pada logika dan nurani dalam memutuskan.
– Altruistic: Tidak mementingkan diri sendiri, membangun pemikiran dan sikap positif kepada orang lain.
– Responsible: Memenuhi komitmen, selalu menepati janji, bertanggung jawab terhadap tindakannya sendiri (tidak mencari kambing hitam).
– Theoritical: Berpikir kritis berbasis ilmu pengetahuan.
– Commited: Selalu siap menjalankan tugas/kewajiban walaupun di luar jam kerja, menjaga harkat martabat dan nama baik keprofesian di masyarakat.
– Intellectual: Pengembangan diri secara konsisten.
Ciri profesionalisme:
– Mengejar kesempurnaan hasil (perfect result), sehingga kita dituntut untuk selalu meningkatkan mutu.
– Menuntut kesungguhan dan ketelitian yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan.
– Menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak mudah putus asa dan puas sampai hasil tercapai.
– Menuntut integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh “keadaan terpaksa” atau godaan iman.
– Memerlukan adanya kebulatan fikiran dan perbuatan, sehingga terjaga efektifitas kerja yang tinggi.

Keempat, Membangkitkan Potensi Sejati Dalam Diri.
Fokus dalam bagian ini adalah tentang aktualisasi diri, dimana mengarah pada satisfaction dan dissatisfaction dalam bekerja. Bapak Adityo juga menambahkan tentang SMART Goals yaitu Spesific (Who, What, When, Where, Why), Measurable, Attainable, Realistic (Willing and able) dan Time Bounded.
Kita pun harus mengasah soft skills dalam diri kita yang meliputi beberapa tahap, yaitu Self Awareness, Self Management, Social Awareness dan Relationship Management.